TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Dudi Gardesi Asikin mengutarakan, pihaknya dulu tidak begitu fokus pada program gerebek lumpur lantaran terkendala minimnya sumber daya. Dinas SDA menggencarkan program tersebut sejak Jakarta kerap banjir.
"Semenjak ada kejadian banjir dan kami coba menghitung (jumlah alat dan tenaga). Makanya pada saat itu (gerebek lumpur) dicanangkan, kami benar-benar monitor alat-alat," kata dia saat dihubungi Tempo, Jumat malam, 2 Desember 2022.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono akan melanjutkan program gerebek lumpur di Ibu Kota. Bahkan, program ini menjadi salah satu strategi Heru untuk mengatasi banjir Jakarta.
Gerebek lumpur adalah program pengerukan lumpur dengan alat berat. Sebenarnya aktivitas ini sudah dikerjakan sejak lama di era pemerintahan mantan Gubernur Fauzi Bowo alias Foke.
Program ini berlanjut hingga kepemimpinan gubernur selanjutnya. Mantan Gubernur Anies Baswedan lalu memberi nama gerebek lumpur pada program tersebut setelah banjir besar awal 2020.
Ketika banjir sering terjadi di Jakarta, Dudi menceritakan, dinasnya memantau betul jumlah alat yang dapat dipakai untuk mengeruk lumpur. Selain itu, durasi waktu perbaikan alat rusak juga diperhatikan.
Baca juga: Anak Buah Heru Budi Sebut Gerebek Lumpur Anies Baswedan Harus Dilakukan Terus-menerus
Tujuannya agar memastikan gerebek lumpur berjalan di lima kota Jakarta. Menurut dia, gerebek lumpur berkontribusi terhadap berkurangnya titik genangan. Bahkan, Dinas SDA fokus mengeksekusi gerebek lumpur di lokasi langganan banjir.
"Intinya pas mulai ada hujan biasanya kami memonitor lokasi-lokasi yang memang langganan tergenang," jelas dia.
Jika pengerukan gagal meminimalisasi genangan, maka Dinas SDA bakal mengoperasikan pompa apung atau pompa mobile. Dinas SDA juga rutin mengeruk sedimen lumpur di saluran air.
Sumber daya dan anggaran